Kamis, 18 Desember 2014

Sukerto Kelahiran

Sukerto yang berhubungan dengan kelahiran antara lain :

1.    Ontang-anting : Anak tunggal laki-laki.
2.    Unting-unting : Anak tunggal wanita.
3.    Gedhana-gedhini : Satu anak laki-laki dan satu anak wanita dalam keluarga.
4.    Uger-uger lawang : Dua anak laki-laki dalam keluarga.
5.    Kembar sepasang : Dua anak wanita dalam keluarga.
6.    Pendhawa : Lima anak laki-laki dalam keluarga.
7.    Pendhawa pancala putri : Lima anak perempuan dalam keluarga.
8.    Kembar : Dua anak laki-laki atau wanita lahir bersamaan.
9.    Gotong Mayit : Tiga anak wanita semua.
10.  Cukil dulit : Tiga anak laki-laki semua.
11.  Serimpi : Empat anak wanita semua.
12.  Sarambah : Empat anak laki-laki semua.
13.  Sendang kapit pancuran: Anak tiga, dua laki-laki, yang tengah wanita.
14.  Pancuran kapit sendang : Anak tiga, dua wanita, yang tengah laki-laki.
15.  Sumala : Anak cacat sejak lahir.
16.  Wungle : Anak lahir bule.
17.  Margana : Anak lahir sewaktu ibunya dalam perjalanan.
18.  Wahana : Anak lahir sewaktu ibunya sedang pesta.
19.  Wuyungan : Anak lahir diwaktu perang atau lagi ada bencana.
20.  Julung sungsang : Anak lahir ditengah hari.
21.  Julung sarab : Anak lahir waktu matahari terbenam.
22.  Julung caplok : Anak lahir disenja hari.
23.  Julung kembang : Anak lahir saat fajar.     
                                                            http://kibintangtimurmadiun.blogspot.com/2013/01/keterangan-3.html

Selasa, 16 Desember 2014

Jenising Lakon


LAKON

Secara umum istilah "sandiwara" dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan drama. Akan tetapi secara khusus istilah sandiwara mengacu kepada kesenian pertunjukan teater drama tradisional rakyat Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Kelompok Sandiwara Sunda atau Sandiwara Indramayu dapat ditemukan di Jawa Barat (terutama sekitar Cirebon dan Indramayu) dan Jakarta, salah satunya yang terkenal adalah kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih di daerah di Cempaka Baru Timur, Jakarta Pusat. Kisah sandiwara ini dapat bersifat percintaan, komedi, horor, tragedi, atau kisah roman sejarah.

Lakon dalam pewayangan
Pengertian lakon dalam pergelaran wayang dapat diartikan sebuah ceritera yang akan disajikan dalam pergelaran tersebut. Lakon itu dapat merujuk pada suatu judul ceritera yang dipentaskan, misalnya Gatotkaca LahirPandu SwargoKresna DutaBrubuh Ngalengka, dan lain sebagainya. Sedangkan lakon dalam perngertian anak-anak muda dapat diartikan sebagai tokoh (peran utama), misalnya dalam suatu judul film yang diputar di televisi.
Lakon dalam pergelaran wayang kulit sering diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabarata, dan juga sumber serat-serat Jawa yang ada, misalnya Serat ArjunasasrabahuDewa Ruci, dan ceritera carangan (ceritera karangan dalang) lainnya. Lakon sendiri dibedakan menjadi beberapa macam, yakni Lakon Baku dan Lakon Carangan. Lakon Baku bersumber dari buku-buku pedalangan tententu, sedangkan Lakon Carangan lebih merujuk kepada lakon-lakon yang diciptakan oleh para dalang senior untuk memenuhi kebutuhan penanggap wayang ataupun penguasa (pemerintah) di masanya.

Macam-macam Lakon dalam pewayangan
Lakon menurut jenisnya terdiri dari beberapa macam, di antarannya: lakon lahiran, lakon raben, lakon gugur, lakon wahyu, lakon banjaran, lakon gugat dan lakon brubuh.
  • Lakon Lahiran mengisahkan tentang lahirnya seorang tokoh dalam pewayangan, sebagai contoh lahirnya Dasamuka, lahirnya wisanggeni, lahirnya Gatotkaca, dan sebagainya.
  • Lakon Raben mengisahkan tentang seorang kesatria yang menyunting seorang puteri untuk dijadikan istrinya. Lakon Raben yang paling terkenal adalah Rabine Premadi.
  • Lakon Gugu biasanya menceriterakan wafatnya seorang tokoh wayang, misalnya Salya GugurBisma GugurDuryodana Gugur, dan sebagainya.
  • Lakon Wahyu menceriterakan mengenai keberuntungan seorang kesatria yang mendapatkan anugerah dari dewata karena kesucian hatinya dalam memaknai setiap cita-citanya. Lakon wahyu yang paling terkenal yakni Wahyu Makutharama. Lakon wahyu ini sangat banyak dan tergolong paling disukai masyarakat penggemar wayang. Karena sifatnya yang ringan, banyak humor, berpetuah, dan ramai dalam sajian, serta diyakini akan membawa berkah kebaikan pada penanggap pasca mengadakan pergelaran wayang.
  • Lakon Banjaran merupakan kreativitas baru terutama dari Dalang Ki Timbul Hadiprayitno. Banjaran serupa visualisasi riwayat hidup seorang tokoh, lengkap dari lahir sampai mati. Maka lakon Banjaran Sangkuni menceritakan lahirnya Sangkuni dan nama aslinya, bagaimana ia mendapat jabatan patih di Astina, bagaimana ia menyulut pembakaran para Pandawa, sampai kematian Sangkuni dalam perang Baratayudha. Lakon Banjaran lainnya adalah Banjaran DurnaBanjaran BhismaBanjaran SalyaBanjaran Pandu dan sebagainya.
  • Lakon Gugat merupakan semacam representasi visualiasi protes pada keadaan yang tidak beres atau ketidak-adilan. Misalnya, Pandawa GugatPandu GugatGatotkaca Gugat. Walaupun tidak menggunakan kata "gugat" namun lakon Petruk Jadi Ratu merepresentasikan gugatan orang kecil pada majikannya.
  • Lakon Brubuh menceritakan hancurnya suatu kerajaan. Maka ada lakon Brubuh Alengka dan Brubuh Astina


Senin, 15 Desember 2014

Budaya


Anak Bajang di Dieng Culture Festival
Marchaela June 9, 2014Wisata

Pemandangan seorang anak yang rambutnya dicukur mungkin hanyalah pemandangan biasa saja jika Anda melihatnya di kota besar. Namun lain ceritanya jika Anda berwisata ke Dieng Plateu (Dataran Tinggi Dieng). Setiap tahunnya, pada Festival Dieng (Dieng Culture Festival) ritual potong rambut gimbal menjadi acara yang sangat ditunggu-tunggu wisatawan. Namun tentu saja, bukan hanya ritual potong rambut gimbal ini yang menyedot perhatian wisatawan. Keindahan panorama alamnya menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan.

Dataran Tinggi Dieng
Terletak di Jawa Tengah, Dataran Tinggi Dieng berada di antara dua wilayah kabupaten. Dieng Kulon masuk wilayah Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, sedangkan Dieng
Wetan masuk wilayah Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng berada pada ketinggian rata-rata 3000 meter dpl. Suhu udaranya berkisar antara 8 – 22 derajat Celcius. Pada musim kemarau, suhu di pagi hari dapat turun drastis hingga nol derajat Celcius. Turunnya suhu yang ekstrim ini kerap menyebabkan terbentuknya bun upas atau embun beku. Kata Dieng sendiri berasal dari kata ‘Di’ dan ‘Hyang’. Di artinya baik, bagus, atau sifat-sifat yang berhubungan dengan ketinggian. Sedangkan Hyang artinya Dewa. Maka Dieng dapat diartikan sebagai daerah pegunungan tempat para dewa bersemayam.

Anak Bajang (Gimbal)
Ada sebuah fenomena unik bahwa ada banyak anak-anak kecil berambut gimbal (anak bajang) di Dataran Tinggi Dieng ini. Unik karena mereka terlahir dengan rambut lurus normal sebagaimana anak-anak lainnya. Namun suatu hari rambut mereka tiba-tiba berubah menjadi gimbal. Hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan fenomena ini. Masyarakat Dieng percaya bahwa anak-anak lelaki yang berambut gimbal ini adalah titisan nenek moyang mereka yang menemukan dataran Dieng, yaitu Kyai Kolodete. Konon, Kyai Kolodete ini berambut gimbal dan dia bersumpah tidak akan mencukur rambutnya. Sedangkan anak perempuan yang berambut gimbal dipercaya sebagai titisan Nini

Ronce Kala Prenye.
Masyarakat Dieng juga percaya bahwa rambut gimbal ini suatu saat harus dipotong. Bila
tidak dipotong sampai usia dewasa, maka dikhawatirkan si anak bisa jatuh sakit atau keluarganya tertimpa musibah. Namun, rambut gimbal ini juga tidak bisa sembarangan dipotong. Rambut gimbal ini baru boleh dipotong setelah si anak memintanya dan persyaratan yang diajukan si anak dipenuhi. Mulai dari permintaan yang wajar seperti seekor ayam atau sepeda hingga permintaan yang berat seperti Reog Ponorogo atau satu truk sapi. Walaupun kesannya menyusahkan, namun masyarakat Dieng percaya bahwa memiliki anak berambut gimbal di keluarga mereka adalah suatu berkah yang luar biasa.
Perarakan Anak Gimbal
Ritual ruwatan rambut gimbal
Sejak empat tahun yang lalu, upacara pemotongan rambut gimbal (ruwat) ini menjadi bagian dari Festival Dieng (Dieng Culture Festival). Dieng Culture Festival boleh dikatakan sangat membawa angin segar bagi wisata Dieng. Acara ini juga diselenggarakan sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat lokal yang kian tergerus jaman. Setiap bulan Agustus atau Bulan Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan proses ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal akan dimandikan dengan air dari tujuh mata air, lalu diarak dan dilempari dengan beras kuning dan uang logam. Kemudian rambutnya akan dipotong oleh pemuka adat. Rambut itu kemudian akan dilarung di Telaga Warna. Setelah upacara yang berlangsung sekitar 30 menit itu selesai, sesajen berupa makanan tradisional Dieng, ayam, dan buah-buahan akan dibagikan kepada warga yang hadir.

Tari Rampak Yakso
Dieng Culture Festival bukan hanya menampilkan upacara pemotongan rambut gimbal saja. Di pesta rakyat terbesar di Dieng yang hanya diadakan setahun sekali ini, ditampilkan juga atraksi seni budaya, wayang kulit, tari tradisional, pameran kerajinan khas Pegunungan Dieng, dan juga kembang api. Sungguh suatu pengalaman yang tak akan terlupakan. Menyaksikan arak-arakan anak-anak gimbal yang diusung dengan kereta dan diiringi berbagai macam kesenian.
Pelepasan Lampion
Bagi mereka yang berminat untuk menghadiri Dieng Culture Festival, di tahun 2014 ini Dieng Culture Festival akan diselenggarakan pada 30 dan 31 Agustus 2014. Jangan lupa untuk memesan hotel terlebih dahulu dari jauh-jauh hari. Dan jangan lupa juga untuk membawa pakaian tebal mengingat suhu udara Dieng yang bisa membuat Anda kedinginan.
Ada dua jalur yang bisa Anda lewati untuk mencapai Dieng. Dari Yogyakarta, Anda dapat memilih rute: Yogyakarta – Sleman-Tempel dilanjut jalur Magelang-Secang – Temanggung – Parakan – Kertek-Wonosobo – Kejajar – Dieng. Bila melewati Purwokerto, Anda dapat memilih rute: Purwokerto – Sokaraja – Purbalingga-Bukateja – Klampok-Banjarnegara – Selomerto – Wonosobo – Kejajar-Dieng. Siapkan kamera karena Anda akan melintasi keindahan panorama pegunungan dan ladang di sisi kanan – kiri Anda.
Yuk kita jelajahi kekayaan alam dan budaya Indonesia! Selain untuk refreshing sejenak dari kehidupan kota besar yang dipenuhi kemacetan dan tuntutan waktu, kita pun dapat mempelajari dan menikmati kekayaan budaya bangsa kita.


Sesorah

                                                       Sesorah Sumpah Pemuda

 
Assalamualaikum Wr. Wb.

Bapak Kepala Sekolah ingkang satuhu kula bekteni, Bapak/Ibu Dwija saha karyawan SMA Negeri 11 Sembada ingkang satuhu kinurmatan, sarta kanca-kanca ingkang kula tresnani. Ingkang sepisan sumangga kula panjenengan sedaya ngaturaken puji syukur dhateng Gusti Allah ingkang maha welas asih ingkang tansah paring nikmat saha rahmat satemah kula saha panjenengan taksih saged pados ngelmu inggih menika taksih saged sinau wonten ing pawiyatan kita menika.
Kaping kalih, nuwun sewu kula sampun kumawantun jumeneng wonten ngarsa panjenengan sedaya saperlu badhe ngaturaken sesorah bab Sumpah Pemuda. Kula panjenengan sedaya tamtu sampun sami mangertos bilih tanggal 28 Oktober bangsa Indonesia mengeti dinten Sumpah Pemuda. Inggih menika salah satunggaling kedadosan sakral ingkang nedahaken dhateng sedaya tiyang bilih bangsa Indonesia bangsa ingkang anggadhahi semangat juang, semangat nyawiji bhineka tunggal ika, dados bangsa ingkang jumeneng kanthi jejeg.
Wondene wosipun Sumpah Pemuda inggih menika:
1.Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia
2.Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
3.Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia
Wosipun sumpah saha prasetya menika wajib kula saha panjenengan sedaya jagi saha dipunwarisaken dhumateng putra wayah kagem mujudaken gegayuhan kamardikan saha gesang kanthi gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, adil saha sejahtera. Kita minangka siswa nggadahi jejibahan njagi semangat dalah mempeng anggenipun sinau.  Minangka pemuda kita ugi kedah semangat saha sregep anggenipun nyambut damel ngisi pambangunanipun bangsa.
Menika ingkang saged kula aturaken ngengingi babagan Sumpah Pemuda.  Pramila cekap semanten kemawon atur kula, mbok bilih kathah klenta-klentuning atur kula tansah nyuwun agunging pangaksami.
Wassalammuallaikum Wr. Wb.
http://ohbaru.blogspot.com/2014/07/kumpulancontohsesorahpidatobahasajawa.html 

Tradisi Banyumas


SADRANAN ING DESA GUMELEM


Upacara tradisi Sadran Gedhe diadakan setiap tahun oleh masyarakat daerah Gumelem, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara. Tradisi ini dilaksanakan setiap senin atau kamis terakhir dibulan sya’ban sebagai acara menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tahun ini. Serangkaian acara Sadran Gedhe sudah berlangsung sejak senin malam 23 Juni 2014, yaitu dengan diadakannya Uyon-Uyon. Selanjutnya berturut-turut setiap malamnya diadakan Pengajian Akbar dan pemutaran film oleh bioskop keliling.
Nyadran (kata kerja dari kata bahasa Jawa: Sadran = Ruwah, Syakban). Upacara kenduri di tempat keramat, masjid, langgar, rumah atau tern pat lainnya, yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah, pada bulan Sadran. Upa cara itu dimaksudkan untuk menghormati arwah para leluhur keluarga tertentu. Dalam upacara itu, selain kenduri, biasanya juga dilakukan ziarah ku bur dengan membawa bunga-bungaan, terutama bunga telasih, sebagai lambang masih adanya hu bungan yang akrab dan selalu segar antara si pe- ziarah dan arwah leluhur yang di-ziarahi.
Setelah serangkaian agenda itu, hari kamis, 26 Juli 2014 menjadi puncak acara Sadran Gedhe. Sekitar pukul 09.00, semua peserta Kirab Sadran Gedhe dengan menggunakan busana Jawa sudah berkumpul di depan Balai Desa. Diantara dari mereka ada yang membawa gunungan hasil bumi serta tenong berisi makanan yang nantinya akan dimakan bersama-sama setelah proses sadran selesai.makanan itu berupa : Tumpeng, sayur kumplit, ayam  ingkung / rasulan, jajan pasar , wedang telon (gembawuk). arang” , kambang. Degan klapa, kembang telon (kanthil mawar kenanga) banyu godhong tawa / denok.
Kirab diawali dari depan balai desa Gumelem Wetan berjalan menuju ke makam Ki Ageng Gumelem. Diantara iring-iringan tersebut, ada Wakil Bupati Banjarnegara, Camat Susukan, Kepala Desa Gumelem Wetan dan Kulon, serta instansi terkait dilingkungan Pemkab Kabupaten Banjarnegara.
Sesampainya di makam Ki Ageng Gumelem, beberapa pesera kirab ada yang melanjutkan perjalanan menuju Petilasan Ki Ageng Giri yang letaknya berada dipuncak bukit. Sesampainya disana, rombongan langung melaksanakan dzikir dan doa bersama.
Setelah selesai, rombongan kembali turun menuju makam Ki Ageng Gumelem. Disana rombongan kembali melaksanakan dzikir dan doa bersama. Setelah itu, acara diakhiri dengan makan bersama tenong yang sudah dibawa tadi. (oleh Ahmad Fathul Amin/Penyuluh Budaya Banjarnegara).





Minggu, 14 Desember 2014

Sinopsis Novel Jawa (Novel Ngulandara)

Sinopsis Novel Ngulandara
NGULANDARA
Oleh Margono Djajaatmadja

Di tengah gelapnya malam hujan turun deras, ada mobil yang mogok di tengah jalan. Raden Bei Asisten Wedana merasa bingung karena tidak ada bengkel yang buka. Ada sebuah mobil berhenti dan turun seorang pemuda yang membantu membenarkan mesin. Keluarga Raden Ajeng Tien berterimakasih dan memberi imbalan kepadanya, tetapi pemuda tersebut menolaknya. Pemuda tersebut sopir Nyonyah Oei Wat Hien Temanggung teman dari Den Ayu Wedana. Mobil Nyonyah Oei Wat Hien akan dijual dan Rapingun akhirnya ikut bekerja Raden Bei Asisten Wedana.
Raden Ajeng Tien pergi kerumah saudaranya, Raden Nganten Mantri diantarkan Rapingun. Di sana ia diajak ke pasar malam. Raden Ajeng Tien merasa ada yang mengikuti, ia takut dan pamit pulang. Di tengah jalan mobil yang di tumpangi Raden Ajeng Tien dan Rapingun dihadang sepeda motor yang dari tadi mengikuti dari belakang. Ia disuruh turun oleh dua pemuda yang pernah cintanya ditolak oleh Raden Ajeng Tien. Orang tersebut mengeluarkan pisau kecil yang akan ditusukkan ke perut Rapingun, tapi Raden Ajeng Tien mengambil sebuah besi dari belakang mobil dan dihantamkan ke pemuda itu. Rapingun dan Raden Ajeng Tien naik mobil dan meninggalkan mereka.
Rapingun menghentikan mobil dan turun, Raden Ajeng Tien ikut turun. Terkejut ketika melihat Rapingun pinsan, Raden Ajeng Tien membawanya ke rumah sakit, Rapingun dirawat selama seminggu. Setelah sembuh, Rapingun pamitan pulang kampung, tapi sampai delapan  bulan tidak kembali kerumah Raden Ajeng Tien.
Suatu ketika keluarga Den Bei Asisten Wedana berkunjung ke rumah saudaranya yang berada di Pekalongan, mereka terkejut ketika melihat Rapingun yang baru keluar dari dalam rumah tersebut. Akhirnya Raden Ajeng Tien dinikahkan dengan Rapingun yang ternyata putera dari Raden Ayu Gandaatmaja Sala yang bernama Raden Mas Sutanta.

Sinopsis Novel Jawa

Sinopsis Novel Serat Rijanta

Raden Mas Riyanta, putrane Pangeran Natasewaya lan Raden Ayu Natasewaya saking Surakarta. R.M. Riyanta ditinggal seda ingkang Rama nalika umur 6 taun. R.M Riyanta urip karo ibune lan adhi angkate, Raden Ajeng Marsam. R.M. Riyanta saya gedhe, pinter lan bagus rupane. Ibune rada meksa Mas Riyanta supaya gelem cepet rabi. Ananging Mas Riyanta durung gelem, amarga durung nemu calon kang cocog.
Sawijining dina, Riyanta ketemuan karo kancane, R.M. Duryat, lan di ajak ing Kumidhi Hindhu (pasar malem) ning alun alun. Tekan kana, R.M. Duryat mlebu ing papan hiburan mau, Mas Riyanta mung ngenteni ing njaba. Ora dinyana, papan kuwi kobongan. Kabeh wong pengen metu. Ora sengaja Riyanta katumbuk dening wong wadon. Mas Riyanta banjur nulungi wong wadon kuwi. Ditakoni sapa  jenenge lan ing endi umahe ora gelem sumahur. Karo Riyanta wong wadon mau di ajak maring romah makan. Ing kono Srini nyenengi tindak tanduking Riyanta, semana uga Mas Riyanta maring Srini. Ditiinggal Riyanta sedhela ing kolah wong wadon mau wis ora ana ing warung mau (wis bali karo wong tuwane, ananging Riyanta ora ngerti kedadean iki). Mas Riyanta mung ngarep arep wong wadon kuwi slamet.
Diceritaake, sawijining dina Mas Riyanta minggat amarga ana geseh karo ibune. Kabeh wong dikongkon nggoleki ananging ora kasil. R.A. Natasuwaya kelingan yen duwe kanca ing Tamansari asmanipun Dipati Pramayoga. Dipati Pramayoga sakaluwarga sowan marang Natasuwayan. Ing Natasuwayan kabeh padha crita, nganti tekan crita babagan Srini kepisah karo wong tuwane nalika ing kumidhi hindhu lan crita yen ditulugi karo wong lanang kang bagus lan alus budi, nanging ora takon sapa jenenge lan ing ngendhi omahe. Ing kana uga ibune Mas Riyanta sambat bab putrane kang minggat.
Bubar mlebu metu guwa guwa patilasan ing Merapi, Mas Riyanta menyang Bayalali, ketemu Mas Duryat. Mawi critane Mas Duryat, Mas Riyanta nemu titik terang babagan jatidirining wong wadon kang ditulungi biyen. Wayah awan Mas Riyanta menyang Tamansari, griyane Adipati Pramayoga. Saka critane Adipati lan garwane, Mas Riyanta tambah ngrasa manteb yen wong kang ditulungi nalika kobongan ing kumidhi hindhu biyen iku putrine Dipati Pramayoga yaiku Raden Ayu Srini. Ananging Dipati Pramayoga durung pirsa yen kang nulungi putrine saka kacilakan iku, Mas Riyanta. Sang Dipati mung pirsa yen  ditulungi karo wong lanang.
Srini ngirimaken layang marang ibune, kang isine angabarake yen Raden Ayu Natasewa nandang gerah. Mas Riyanta banjur bali lan manggihi ibune, lan uga ketemu Srini. Dheweke mung bisa ngguya ngguyu.
Srini lan Mas Riyanta isih isin isin yen ketemu, sejatine sajerone manah kekalih wis padha angrasa cocog, nanging durung wani crita marang wong tuwane.
Dicritaake, saya suwi Dipati Pramayoga ngerti yen wong lanang kang nulungi Srini iku Mas Riyanta. Sang Dipati duka karo putrine, lan ngrasa duwe utang karo Mas Riyanta.
 Wiwit wektu iku Srini lan Mas Riyanta banjur kerep ketemu, Mas Riyanta uga kerep sowan ing Tamansari. Sawijining dina, Dipati Pramayoga lan garwane rembugan babagan lamaraan lamaran kang kang dikirimake ing garwane, kang isine kapengen nglamar srini. Ananging Sang Dipati lan garwa ora sreg karo calon calon kang ana, lan nduweni angen angen bisa ngunduh mantu Mas Riyanta.
Sawijining wektu Mas Riyanta dijaluki pitulung karo Dipati Pramayoga amarga Sang Dipati arep duwe gawe. Piyambakipun ngendika yen Srini wis arep rabi. Krungu kabar mengkono atine Mas Riyanta remuk.
Mas Riyanta banjur ora tau sowan menyang Tamansari maneh. Sang Dipati lan Garwa gumun, getun karo tumindhake Riyanta. Banget tresnane Mas Riyanta marang Srini, piyambakipun banjur nggambar pasuryane Srini. Gambar iki konangan Marsam lan digawa maring karo Raden Ayu Natasewaya. Ing kene cetha kabeh apa kang dadi kakarepane Mas Riyanta. Ananging isih ana sing ngganjel, yaiku brita arep rabine Srini. Raden Ayu Natasewa banjur ngutus Marsam supaya sowan maring Tamansara kanggo mestheake kabar kuwi sinambi nggawa gambare Mas Riyanta mau.
Weruh gambar kang digawa Marsam Dipati Pramayoga ngerti apa kareping atine Mas Riyanta. Nalika Marsam bali ing Natasewayan, Marsam crita karo Mas Riyanta yen wong lanang kang nulungi Srini nalika kacilakan kumidhi hindhu, wis ketemu bakal dirabiake karo Srini. Atine Mas Riyanta bungah. Kabar rabining Srini kuwi jebule brita ngapusi, amarga ora ana calonne.
Ing Pungkasaning crita, R. M. Riyanta lan R. A. Srini dadi siji, sida krama.



RITUAL UNGGAH-UNGGAHAN DI PEKUNCEN, BANYUMAS

Deskripsi Ritual Unggah-Unggahan Bonokeling
Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang, Banyumas


                                

Bonokeling yaiku tiyang ingkang nyebaraken agama Islam ingkang taksih ngabungaken agama Islam kaliyan unsur kejawen ingkang wonten ing wonten ing Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang Banyumas.
Bonokeling yaiku salah satunggaling penyebar agama Islam ingkang diutus dening Sultan Demak kanggo nyiaraken agama Islam ing Banyumas wonten ing abad 15. Bonokeling saged nyiaraken agama Islam ing kathah panggonan ingkang dipanggoni, kaya dene ing Kecamatan Jatilawang (Desa Pekuncen), Karanglewas, Wangon, Rawalo lan Cilacap. Amarga anggenipun manggon ing panggonan menika mboten dangu, mula mboten kathah peninggalan ingkang saged diteliti. Ngantos dumugi seda Bonokeling manggon ing Desa Pekuncen. Mula ing Desa Pekuncen wonten makam Bonokeling. Dhateng masyarakat sekitar lan keturunanipun, Bonokeling nyiaraken akidah lan syariat Islam. Salah satungaling ajaran ingkang diajarken dening Bonokeling yaiku menawi tiyang Islam kedah puasa ing wulan puasa amargi wulan puasa nggadahi keistimewaan lan kedah dimuliakaken. Mula menawi badhe wulan puasa, Bonokeling ngempalaken sedaya keturunanipun kangge nyambut wulan puasa kanthi donga lan dzikir marang Allah SWT. Tata cara nyambut wulan puasa ingkang katindakake Bonokeling lan keturunanipun menika diterusaken dening keturunane ngantos saiki.
Situs Bonokeling kasusun saking salah satunggaling makam tuwa lan ugi bangunan-bangunan tuwa tradisional. Makam tuwa menika yaiku makamipun Bonokeling. Bangunan-bangunan tuwa menika taksih dipanggoni dening komunitas pengikut Bonokeling menika. Makam lan situs Bonokeling menika sampun wonten awit penyebaran Islam ing Banyumas. Ingkang saged dipuntingali saking tata upacara tradisional ingkang taksih ngagem donga-donga Islam.
Ing kompleks menika dibangun bangunan-bangunan tradisional klasik. Wonten omah dinas kangge pemimpin komunitas ingkang dipunwastani bedogol. Omah-omah ing mriku dipunwastani Balai Badung. Lan papan kangge pertemuan dipunwastani Balai Malang.  Wonten ugi bangunan kange panggonan memuji ingkang dipunwastani Pasemuan. Wonten 6 bangunan omah joglo. 1 omah kangge juru kunci lan 5 omah kangge bedogol. Bedogol yaiku pembantu juru kunci (pemimpin komunitas Bonokeling).

Prosesi ritual Unggah-unggahan


       
Penganut Bonokeling menika taksih nindakake ritual unggah-unggahan. Ritual Unggah-unggahan katindakake kanthi cara sowan marang makam ing wulan Ruwah kangge paring donga dhumateng leluhur kaliyan mbekta sesaji. Ritual unggah-unggahan dipunkatindakake saben pungkasaning dinten Jumat ing wulan Ruwah kangge nyambut wulan puasa.

Balada Keong Emas



BALADHA KEONG MAS

Sumurut kuning mencerong ka sirep banyu,
Narik kawigaten mbok rondo kang mlaku
Nemu keong kang sui-sui  kasawang ayu

Duh panguwasaning daha Raja kertamarta
Anduweni kembang kang arupa 
Candra kirana  kang ajiwa kembang melati ,arupa wulan purnama
Resik putih milining ning ati, mencerong kanthi jabaning  pasurya 
Nadyan lair saka biyung siji
Nanging Dewi galuh kaya kembang kang due eri
Iri marang adhi
Mili ing pikiran nglarung adhi siji

Iki ceritane keong emas
Tempayak lusuh kang nemu ing iringan umah
Kajupuk kanggo wadah keong kang warna emas
Nadyan lusuh namung mung kui bandha randa kang wis sepuh

Sak durung srengngenge ngintip
Sikil kang kulite saya kisut
Mlaku anggawe tapak ning duwure pasir
Nyedak banyu   munggah prau

Iki ceritane keong emas
Yen mbok randa lagi golet panguripan
Si keong malih manungsa  ,nandhangi pagawean
Yen wayah srengenge uwis ning duwur ndas
 Si keong mbalik menyang tempayak
Duh Gusthi pangan wis cumawis ning ngisor tudung saji
Umah kang reged dadi resik kasawang
Sapa kang wis tumindhak
Nandangi pagaweyan iki
Kabeh wis  kok temandhang