Senin, 15 Desember 2014

Budaya


Anak Bajang di Dieng Culture Festival
Marchaela June 9, 2014Wisata

Pemandangan seorang anak yang rambutnya dicukur mungkin hanyalah pemandangan biasa saja jika Anda melihatnya di kota besar. Namun lain ceritanya jika Anda berwisata ke Dieng Plateu (Dataran Tinggi Dieng). Setiap tahunnya, pada Festival Dieng (Dieng Culture Festival) ritual potong rambut gimbal menjadi acara yang sangat ditunggu-tunggu wisatawan. Namun tentu saja, bukan hanya ritual potong rambut gimbal ini yang menyedot perhatian wisatawan. Keindahan panorama alamnya menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan.

Dataran Tinggi Dieng
Terletak di Jawa Tengah, Dataran Tinggi Dieng berada di antara dua wilayah kabupaten. Dieng Kulon masuk wilayah Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, sedangkan Dieng
Wetan masuk wilayah Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng berada pada ketinggian rata-rata 3000 meter dpl. Suhu udaranya berkisar antara 8 – 22 derajat Celcius. Pada musim kemarau, suhu di pagi hari dapat turun drastis hingga nol derajat Celcius. Turunnya suhu yang ekstrim ini kerap menyebabkan terbentuknya bun upas atau embun beku. Kata Dieng sendiri berasal dari kata ‘Di’ dan ‘Hyang’. Di artinya baik, bagus, atau sifat-sifat yang berhubungan dengan ketinggian. Sedangkan Hyang artinya Dewa. Maka Dieng dapat diartikan sebagai daerah pegunungan tempat para dewa bersemayam.

Anak Bajang (Gimbal)
Ada sebuah fenomena unik bahwa ada banyak anak-anak kecil berambut gimbal (anak bajang) di Dataran Tinggi Dieng ini. Unik karena mereka terlahir dengan rambut lurus normal sebagaimana anak-anak lainnya. Namun suatu hari rambut mereka tiba-tiba berubah menjadi gimbal. Hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan fenomena ini. Masyarakat Dieng percaya bahwa anak-anak lelaki yang berambut gimbal ini adalah titisan nenek moyang mereka yang menemukan dataran Dieng, yaitu Kyai Kolodete. Konon, Kyai Kolodete ini berambut gimbal dan dia bersumpah tidak akan mencukur rambutnya. Sedangkan anak perempuan yang berambut gimbal dipercaya sebagai titisan Nini

Ronce Kala Prenye.
Masyarakat Dieng juga percaya bahwa rambut gimbal ini suatu saat harus dipotong. Bila
tidak dipotong sampai usia dewasa, maka dikhawatirkan si anak bisa jatuh sakit atau keluarganya tertimpa musibah. Namun, rambut gimbal ini juga tidak bisa sembarangan dipotong. Rambut gimbal ini baru boleh dipotong setelah si anak memintanya dan persyaratan yang diajukan si anak dipenuhi. Mulai dari permintaan yang wajar seperti seekor ayam atau sepeda hingga permintaan yang berat seperti Reog Ponorogo atau satu truk sapi. Walaupun kesannya menyusahkan, namun masyarakat Dieng percaya bahwa memiliki anak berambut gimbal di keluarga mereka adalah suatu berkah yang luar biasa.
Perarakan Anak Gimbal
Ritual ruwatan rambut gimbal
Sejak empat tahun yang lalu, upacara pemotongan rambut gimbal (ruwat) ini menjadi bagian dari Festival Dieng (Dieng Culture Festival). Dieng Culture Festival boleh dikatakan sangat membawa angin segar bagi wisata Dieng. Acara ini juga diselenggarakan sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat lokal yang kian tergerus jaman. Setiap bulan Agustus atau Bulan Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan proses ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal akan dimandikan dengan air dari tujuh mata air, lalu diarak dan dilempari dengan beras kuning dan uang logam. Kemudian rambutnya akan dipotong oleh pemuka adat. Rambut itu kemudian akan dilarung di Telaga Warna. Setelah upacara yang berlangsung sekitar 30 menit itu selesai, sesajen berupa makanan tradisional Dieng, ayam, dan buah-buahan akan dibagikan kepada warga yang hadir.

Tari Rampak Yakso
Dieng Culture Festival bukan hanya menampilkan upacara pemotongan rambut gimbal saja. Di pesta rakyat terbesar di Dieng yang hanya diadakan setahun sekali ini, ditampilkan juga atraksi seni budaya, wayang kulit, tari tradisional, pameran kerajinan khas Pegunungan Dieng, dan juga kembang api. Sungguh suatu pengalaman yang tak akan terlupakan. Menyaksikan arak-arakan anak-anak gimbal yang diusung dengan kereta dan diiringi berbagai macam kesenian.
Pelepasan Lampion
Bagi mereka yang berminat untuk menghadiri Dieng Culture Festival, di tahun 2014 ini Dieng Culture Festival akan diselenggarakan pada 30 dan 31 Agustus 2014. Jangan lupa untuk memesan hotel terlebih dahulu dari jauh-jauh hari. Dan jangan lupa juga untuk membawa pakaian tebal mengingat suhu udara Dieng yang bisa membuat Anda kedinginan.
Ada dua jalur yang bisa Anda lewati untuk mencapai Dieng. Dari Yogyakarta, Anda dapat memilih rute: Yogyakarta – Sleman-Tempel dilanjut jalur Magelang-Secang – Temanggung – Parakan – Kertek-Wonosobo – Kejajar – Dieng. Bila melewati Purwokerto, Anda dapat memilih rute: Purwokerto – Sokaraja – Purbalingga-Bukateja – Klampok-Banjarnegara – Selomerto – Wonosobo – Kejajar-Dieng. Siapkan kamera karena Anda akan melintasi keindahan panorama pegunungan dan ladang di sisi kanan – kiri Anda.
Yuk kita jelajahi kekayaan alam dan budaya Indonesia! Selain untuk refreshing sejenak dari kehidupan kota besar yang dipenuhi kemacetan dan tuntutan waktu, kita pun dapat mempelajari dan menikmati kekayaan budaya bangsa kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar