Anak Bajang di Dieng Culture Festival
Marchaela June 9, 2014Wisata
Pemandangan seorang anak yang rambutnya
dicukur mungkin hanyalah pemandangan biasa saja jika Anda melihatnya di kota
besar. Namun lain ceritanya jika Anda berwisata ke Dieng Plateu (Dataran
Tinggi Dieng). Setiap tahunnya, pada Festival Dieng (Dieng Culture Festival)
ritual potong rambut gimbal menjadi acara yang sangat ditunggu-tunggu
wisatawan. Namun tentu saja, bukan hanya ritual potong rambut gimbal ini yang
menyedot perhatian wisatawan. Keindahan panorama alamnya menjadi magnet
tersendiri bagi para wisatawan.
Dataran Tinggi Dieng
Terletak di Jawa Tengah, Dataran
Tinggi Dieng berada di antara dua wilayah kabupaten. Dieng Kulon masuk wilayah
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, sedangkan Dieng
Wetan masuk wilayah Kecamatan Kejajar
Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng berada pada ketinggian rata-rata 3000
meter dpl. Suhu udaranya berkisar antara 8 – 22 derajat Celcius. Pada musim
kemarau, suhu di pagi hari dapat turun drastis hingga nol derajat Celcius.
Turunnya suhu yang ekstrim ini kerap menyebabkan terbentuknya bun upas atau
embun beku. Kata Dieng sendiri berasal dari kata ‘Di’ dan ‘Hyang’.
Di artinya baik, bagus, atau sifat-sifat yang berhubungan dengan ketinggian.
Sedangkan Hyang artinya Dewa. Maka Dieng dapat diartikan sebagai daerah
pegunungan tempat para dewa bersemayam.
Anak Bajang (Gimbal)
Ada sebuah fenomena unik bahwa ada banyak
anak-anak kecil berambut gimbal (anak bajang) di Dataran Tinggi Dieng ini. Unik
karena mereka terlahir dengan rambut lurus normal sebagaimana anak-anak
lainnya. Namun suatu hari rambut mereka tiba-tiba berubah menjadi gimbal.
Hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan fenomena
ini. Masyarakat Dieng percaya bahwa anak-anak lelaki yang berambut gimbal ini
adalah titisan nenek moyang mereka yang menemukan dataran Dieng, yaitu Kyai
Kolodete. Konon, Kyai Kolodete ini berambut gimbal dan dia bersumpah tidak
akan mencukur rambutnya. Sedangkan anak perempuan yang berambut gimbal
dipercaya sebagai titisan Nini
Ronce Kala Prenye.
Masyarakat Dieng juga percaya bahwa rambut
gimbal ini suatu saat harus dipotong. Bila
tidak dipotong sampai usia dewasa, maka
dikhawatirkan si anak bisa jatuh sakit atau keluarganya tertimpa musibah.
Namun, rambut gimbal ini juga tidak bisa sembarangan dipotong. Rambut gimbal
ini baru boleh dipotong setelah si anak memintanya dan persyaratan yang
diajukan si anak dipenuhi. Mulai dari permintaan yang wajar seperti seekor ayam
atau sepeda hingga permintaan yang berat seperti Reog Ponorogo atau satu truk
sapi. Walaupun kesannya menyusahkan, namun masyarakat Dieng percaya bahwa memiliki
anak berambut gimbal di keluarga mereka adalah suatu berkah yang luar biasa.
Perarakan Anak Gimbal
Ritual ruwatan rambut gimbal
Sejak empat tahun yang lalu, upacara
pemotongan rambut gimbal (ruwat) ini menjadi bagian dari Festival Dieng (Dieng
Culture Festival). Dieng Culture Festival boleh dikatakan sangat membawa
angin segar bagi wisata Dieng. Acara ini juga diselenggarakan sebagai upaya
untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat lokal yang kian tergerus jaman.
Setiap bulan Agustus atau Bulan Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan proses
ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal akan dimandikan
dengan air dari tujuh mata air, lalu diarak dan dilempari dengan beras kuning
dan uang logam. Kemudian rambutnya akan dipotong oleh pemuka adat. Rambut itu
kemudian akan dilarung di Telaga Warna. Setelah upacara yang
berlangsung sekitar 30 menit itu selesai, sesajen berupa makanan tradisional
Dieng, ayam, dan buah-buahan akan dibagikan kepada warga yang hadir.
Tari Rampak Yakso
Dieng Culture Festival bukan hanya
menampilkan upacara pemotongan rambut gimbal saja. Di pesta rakyat terbesar di
Dieng yang hanya diadakan setahun sekali ini, ditampilkan juga atraksi seni
budaya, wayang kulit, tari tradisional, pameran kerajinan khas Pegunungan
Dieng, dan juga kembang api. Sungguh suatu pengalaman yang tak akan terlupakan.
Menyaksikan arak-arakan anak-anak gimbal yang diusung dengan kereta dan
diiringi berbagai macam kesenian.
Pelepasan Lampion
Bagi mereka yang berminat untuk menghadiri
Dieng Culture Festival, di tahun 2014 ini Dieng Culture Festival akan
diselenggarakan pada 30 dan 31 Agustus 2014. Jangan lupa untuk memesan hotel
terlebih dahulu dari jauh-jauh hari. Dan jangan lupa juga untuk membawa pakaian
tebal mengingat suhu udara Dieng yang bisa membuat Anda kedinginan.
Ada dua jalur yang bisa Anda lewati untuk
mencapai Dieng. Dari Yogyakarta, Anda dapat memilih rute: Yogyakarta –
Sleman-Tempel dilanjut jalur Magelang-Secang – Temanggung – Parakan –
Kertek-Wonosobo – Kejajar – Dieng. Bila melewati Purwokerto, Anda dapat memilih
rute: Purwokerto – Sokaraja – Purbalingga-Bukateja –
Klampok-Banjarnegara – Selomerto – Wonosobo – Kejajar-Dieng. Siapkan kamera
karena Anda akan melintasi keindahan panorama pegunungan dan ladang di sisi
kanan – kiri Anda.
Yuk kita jelajahi kekayaan alam dan budaya
Indonesia! Selain untuk refreshing sejenak dari kehidupan kota
besar yang dipenuhi kemacetan dan tuntutan waktu, kita pun dapat mempelajari
dan menikmati kekayaan budaya bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar