Analisis Tradisi Ngumbah Bende
1. Arti nama dari tradisi
Ngumbah bende berarti
mencuci bende (gong jimat). Jadi tradisi ngumbah bende adalah kebiasaan yang
dilakukan setiap satu tahun sekali tepatnya pada hari lahir nabi Muhammad S.A.W
untuk mempertemukan / mencuci jimat bende kepada asal mula ditemukannya jimat
kramat bende yang mentupi atau sebagai pintu ditemukannya tuk (sumber air) di
daerah hutan bulakan desa bumijawa kab. Tegal.
2. Asal-usul dari tradisi
Asal-usul dari tradisi
ini yaitu dahulu kala desa bumijawa bumijawa mengalami kemarau panjang, suatu
hari tepatnya senja sore seorang kakek bernama mbah cimuluk sedang mencari kayu
di hutan bulakan dirinya melihat burung kutul putih yang sedang terbang lalu
hinggap di tanah untuk mencari makan, namun ada yang membuatnya heran dari
tingkah si burung kuntul itu. Semakin dirinya memperhatikan, burung itu semakin
aneh, karena ketika burung itu mencari makan dengan mematukkan paruhnya
terdengar suara seperti benturan antar benda logam, semakin dibuat heran diapun
menghampiri burung itu.
Lalu dihampirinya
burung itu, semakin dekat burung itupun terbang menjauh. Karena rasa heran
sekaligus penasaran dia mencari benda yang membuat suara-suara itu. Dan ketika
itu juga dia melihat sesuatu yang berwarna kuning logam, lalu dia mengambil
benda tersebut, ternyata sebuah gong kecil dan dari bawah tempat benda itu
diambil keluarlah air.
Diapun pulang membawa
gong itu lalu menceritakan kepada istrinya semua yang terjadi. Pada malam hari
pada mimpinya dia bertemu dengan seorang kakek berjubah dan dia memberi
wejangan kepadanya supaya menjaga mata air yang baru saja ditemukannya lalu
pada setiap bulan maulud harus diadakan syukuran dengan mencuci gong itu di
mata air dimana gong itu berasal, jika wejangan itu tidak dilaksanakan konon
akan ada musibah yang akan menimpa warga setempat.
3. Alasan, bentuk, pelaku dan peran
tokoh dalam tradisi
Alasan dilakukanya
tradisi ini salah satunya menghormati wejangan yang diberikan kepada mbah
cimuluk, sekaligus mensyukuri nikmat, berkah dari Tuhan atas diberikannya air
yang melimpah sehingga masyarakt yang mayoritas berprofesi sebagai petani dapat
menanam padi dan tanaman lainya dengan kebutuhan air yang mencukupi.
Bentuk dari tradisi ini
hampir sama dengan acara syukuran, namun yang membedakan adalah pada syukuran
selain diadakan doa bersama juga ada acara mencuci bende itu, dan juga diadakan
acara arak-arakan bende yang acaranya bersamaan waktu dengan malam maulid nabi
Muhamad S.A.W. Tokoh-tokoh yang hadir pada acara tersebut yaitu Juru kunci tuk
jimat bulakan beliau sebagai juru kunci yang menjaga dan merawat tuk tersebut.
Lalu ada sesepuh desa, kepala desa bumijawa dan tokoh masyarakat lainnya
seperti tokoh agama, ustadz lebe/modin dan lainya.
4. Tempat, peralatan, komponen, dan
maknanya
Tempat
dilaksanakannya tradisi ini yaitu pertama di tuk jimat bulakan untuk mencuci
gong tersebut waktunya pelaksanannya pada pagi hari sebelum hari mauled nabi,
tempatnya berbentuk seperti rumah-rumahan yang seluruhnya bagian-bagiannya
dibuat dari batu dan semen rumah-rumahan ini dibangun pada jaman belanda, orang
sekitar biasa menyebutnya jading, fungsinya untuk melindungi dari daun-daunan
yang jatuh dan menjaga kemurnian air, lalu malam harinya dilanjutkan
arak-arakan bende di jalan yang mengitari desa bumijawa. Setelah arak-arakan
pada malam hari selesai, esok harinya semua tokoh bekumpul di balai desa untuk
syukuran dan berdoa bersama demi kelancaran hidup di desa bumijawa.
Komponen
yang ada dalam tradisi ini yang paling utama adalah gong itu sendiri makna dari
gong itu sendiri adalah sebagai pintu penutup dari asal mula ditemukannya
sumber air itu, lalu ada rumah-rumahan yang berfungsi untuk menyimpan gong itu.
Maknanya yaitu sebagai rumah yang menjaga dan menyimpan gong itu. Lalu ada
tumpeng yang isinya berupa nasi, dan lauk dari sayur-sayuran. Nasi dan sayur-sayuran
ini adalah wujud dari hasil panen pertanian yang yang telah dialiri air dari
sumber mata air dari bulakan, sebagian besar bahkan semua sawah di desa
bumijawa dialiri oleh air bari sumber tersebut. Dan sejak jaman belanda
mengetahui, lalu dibangunya jading itu dibuatlah pipa-pipa besar untuk
disalurkan ke PAM di hampir seluruh kab. Tegal.
5. Tata cara pelaksanaan tradisi
Dua hari menjelang
maulidan rumah juru kunci yang sekarang mulai ramai oleh pelaku pembantu juru
kunci untuk mempersiapkan tradisi ngumbah bende. Dimulai dengan mempersiapkan
alat-alat berupa rumah-rumahan dari bende tersebut, lalu tumpeng, da nada juga perkumpulannya
yang biasanya membahas persiapan dan jalannya tradisi. Pada hari H atau
pelaksanaan biasanya dimulai pada jam 7 pagi, semua orang bekumpul di rumah
juru kunci untuk ikut mengiringi bende itu dibawa kebulakan dengan iringan
musik dari kendang yang disebut kencer. Sampai ditempat semua orang menunggu
untuk dibukakan pintu rumah-rumahan itu. Setelah dibuka juru kunci masuk
beserta pembatu juru kunci. didalam ada sebuah sumur berdiameter 5meter juru
kunci berdoa mengitari sumur itu sebanyak 3 kali, dilanjutkan dengan mencuci
gong/bende itu menggunakan bunga tujuh rupa dan juga jeruk keris yang ditusuk
dengan bamboo kecil fungsinya untuk memukul gong pada akhir pencucian bende.
Selesai mencuci warga masyarakat menunggu ada bunga yang terbawa arus sumber
air itu yang tandanya gong jimat bende telah dicuci dan warga berebut air
cucian bende tersebut, ada yang mandi da nada juga yang membasuh muka, konon
air bekas cucian ini berkhasiat menyembuhkan penyakit dan membuat awet muda.
Selesai semua berkumpul untuk makan bekakak, semua orang berebut untuk
mendapatkan secuil dari bagian bekakak itu. Terakhir acara dibulakan ditutup
dengan doa bersama yang dipimpin oleh juru kunci lalu semua beramai-ramai
pulang.
Lalu acara pada malam
harinya atau tepatnya malam maulid nabi semua berkumpul dijalan untu mengarak
bende keliling desa, dan juga membawa patung-patungan raksaksa yang terbuat
dari bambu yang dilapisi dengan kertas bekas lalu dicat, patung ini biasanya
dibuat oleh anak kecil biasanya berupa unta, gajah, orang-orangan dan yang
lainnya yang berhubungan dengan hari kelahiran nabi muhamad S.A.W,
patung-patungan ini juga dilombangan untuk meraih piala bergilir dan hadiah
lain. Selesai acara biasanya semua yang ikut mengiring bende berkumpul dirumah
juru kunci, untuk makan nasi bungkus yang disumbangkan suka rela dari warga
setempat.
Terakhir keesokan
harinya bende kembali dibawa kebalai desa untuk didoakan, pada sesi ini hanya
dihadiri oleh tokoh-tokoh tertentu seperti tokoh agama, tokoh masyarakat,
kepala desa dan tokoh lainnya. Lalu dilanjutkan dengan acara sunatan masal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar