Selasa, 06 Januari 2015

Kabudayaan



Analisis Tradisi Ngumbah Bende

1.      Arti nama dari tradisi
Ngumbah bende berarti mencuci bende (gong jimat). Jadi tradisi ngumbah bende adalah kebiasaan yang dilakukan setiap satu tahun sekali tepatnya pada hari lahir nabi Muhammad S.A.W untuk mempertemukan / mencuci jimat bende kepada asal mula ditemukannya jimat kramat bende yang mentupi atau sebagai pintu ditemukannya tuk (sumber air) di daerah hutan bulakan desa bumijawa kab. Tegal.

2.      Asal-usul dari tradisi
Asal-usul dari tradisi ini yaitu dahulu kala desa bumijawa bumijawa mengalami kemarau panjang, suatu hari tepatnya senja sore seorang kakek bernama mbah cimuluk sedang mencari kayu di hutan bulakan dirinya melihat burung kutul putih yang sedang terbang lalu hinggap di tanah untuk mencari makan, namun ada yang membuatnya heran dari tingkah si burung kuntul itu. Semakin dirinya memperhatikan, burung itu semakin aneh, karena ketika burung itu mencari makan dengan mematukkan paruhnya terdengar suara seperti benturan antar benda logam, semakin dibuat heran diapun menghampiri burung itu.
Lalu dihampirinya burung itu, semakin dekat burung itupun terbang menjauh. Karena rasa heran sekaligus penasaran dia mencari benda yang membuat suara-suara itu. Dan ketika itu juga dia melihat sesuatu yang berwarna kuning logam, lalu dia mengambil benda tersebut, ternyata sebuah gong kecil dan dari bawah tempat benda itu diambil keluarlah air.
Diapun pulang membawa gong itu lalu menceritakan kepada istrinya semua yang terjadi. Pada malam hari pada mimpinya dia bertemu dengan seorang kakek berjubah dan dia memberi wejangan kepadanya supaya menjaga mata air yang baru saja ditemukannya lalu pada setiap bulan maulud harus diadakan syukuran dengan mencuci gong itu di mata air dimana gong itu berasal, jika wejangan itu tidak dilaksanakan konon akan ada musibah yang akan menimpa warga setempat.

3.      Alasan, bentuk, pelaku dan peran tokoh dalam tradisi
Alasan dilakukanya tradisi ini salah satunya menghormati wejangan yang diberikan kepada mbah cimuluk, sekaligus mensyukuri nikmat, berkah dari Tuhan atas diberikannya air yang melimpah sehingga masyarakt yang mayoritas berprofesi sebagai petani dapat menanam padi dan tanaman lainya dengan kebutuhan air yang mencukupi.
Bentuk dari tradisi ini hampir sama dengan acara syukuran, namun yang membedakan adalah pada syukuran selain diadakan doa bersama juga ada acara mencuci bende itu, dan juga diadakan acara arak-arakan bende yang acaranya bersamaan waktu dengan malam maulid nabi Muhamad S.A.W. Tokoh-tokoh yang hadir pada acara tersebut yaitu Juru kunci tuk jimat bulakan beliau sebagai juru kunci yang menjaga dan merawat tuk tersebut. Lalu ada sesepuh desa, kepala desa bumijawa dan tokoh masyarakat lainnya seperti tokoh agama, ustadz lebe/modin dan lainya.

4.      Tempat, peralatan, komponen, dan maknanya
Tempat dilaksanakannya tradisi ini yaitu pertama di tuk jimat bulakan untuk mencuci gong tersebut waktunya pelaksanannya pada pagi hari sebelum hari mauled nabi, tempatnya berbentuk seperti rumah-rumahan yang seluruhnya bagian-bagiannya dibuat dari batu dan semen rumah-rumahan ini dibangun pada jaman belanda, orang sekitar biasa menyebutnya jading, fungsinya untuk melindungi dari daun-daunan yang jatuh dan menjaga kemurnian air, lalu malam harinya dilanjutkan arak-arakan bende di jalan yang mengitari desa bumijawa. Setelah arak-arakan pada malam hari selesai, esok harinya semua tokoh bekumpul di balai desa untuk syukuran dan berdoa bersama demi kelancaran hidup di desa bumijawa.
Komponen yang ada dalam tradisi ini yang paling utama adalah gong itu sendiri makna dari gong itu sendiri adalah sebagai pintu penutup dari asal mula ditemukannya sumber air itu, lalu ada rumah-rumahan yang berfungsi untuk menyimpan gong itu. Maknanya yaitu sebagai rumah yang menjaga dan menyimpan gong itu. Lalu ada tumpeng yang isinya berupa nasi, dan lauk dari sayur-sayuran. Nasi dan sayur-sayuran ini adalah wujud dari hasil panen pertanian yang yang telah dialiri air dari sumber mata air dari bulakan, sebagian besar bahkan semua sawah di desa bumijawa dialiri oleh air bari sumber tersebut. Dan sejak jaman belanda mengetahui, lalu dibangunya jading itu dibuatlah pipa-pipa besar untuk disalurkan ke PAM di hampir seluruh kab. Tegal.

5.      Tata cara pelaksanaan tradisi
Dua hari menjelang maulidan rumah juru kunci yang sekarang mulai ramai oleh pelaku pembantu juru kunci untuk mempersiapkan tradisi ngumbah bende. Dimulai dengan mempersiapkan alat-alat berupa rumah-rumahan dari bende tersebut, lalu tumpeng, da nada juga perkumpulannya yang biasanya membahas persiapan dan jalannya tradisi. Pada hari H atau pelaksanaan biasanya dimulai pada jam 7 pagi, semua orang bekumpul di rumah juru kunci untuk ikut mengiringi bende itu dibawa kebulakan dengan iringan musik dari kendang yang disebut kencer. Sampai ditempat semua orang menunggu untuk dibukakan pintu rumah-rumahan itu. Setelah dibuka juru kunci masuk beserta pembatu juru kunci. didalam ada sebuah sumur berdiameter 5meter juru kunci berdoa mengitari sumur itu sebanyak 3 kali, dilanjutkan dengan mencuci gong/bende itu menggunakan bunga tujuh rupa dan juga jeruk keris yang ditusuk dengan bamboo kecil fungsinya untuk memukul gong pada akhir pencucian bende. Selesai mencuci warga masyarakat menunggu ada bunga yang terbawa arus sumber air itu yang tandanya gong jimat bende telah dicuci dan warga berebut air cucian bende tersebut, ada yang mandi da nada juga yang membasuh muka, konon air bekas cucian ini berkhasiat menyembuhkan penyakit dan membuat awet muda. Selesai semua berkumpul untuk makan bekakak, semua orang berebut untuk mendapatkan secuil dari bagian bekakak itu. Terakhir acara dibulakan ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh juru kunci lalu semua beramai-ramai pulang.
Lalu acara pada malam harinya atau tepatnya malam maulid nabi semua berkumpul dijalan untu mengarak bende keliling desa, dan juga membawa patung-patungan raksaksa yang terbuat dari bambu yang dilapisi dengan kertas bekas lalu dicat, patung ini biasanya dibuat oleh anak kecil biasanya berupa unta, gajah, orang-orangan dan yang lainnya yang berhubungan dengan hari kelahiran nabi muhamad S.A.W, patung-patungan ini juga dilombangan untuk meraih piala bergilir dan hadiah lain. Selesai acara biasanya semua yang ikut mengiring bende berkumpul dirumah juru kunci, untuk makan nasi bungkus yang disumbangkan suka rela dari warga setempat.
Terakhir keesokan harinya bende kembali dibawa kebalai desa untuk didoakan, pada sesi ini hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh tertentu seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala desa dan tokoh lainnya. Lalu dilanjutkan dengan acara sunatan masal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar