Senin, 05 Januari 2015

CERITA WAYANG


                                              SEMAR MENCARI RAGA

Cerita diawali dengan upaya Arjuna mencari Semar yang hilang. Menjelang senjaArjuna berjumpa dengan Semar yang diajak pulang ke Klampis Ireng justrumengajak Arjuna menyelinap masuk ke keputrian Hastina menjumpai kekasihnyaBanowati. Orang-orang Kurawa tak tahu bahwa Semar sudah berada di Hastina. BaikKurawa maupun Pandawa sama-sama ingin mencari Semar. Barisan Kurawa ternyatalebih dulu menemukan Semar yangkemudian diboyong ke Hastina. Menjelang sampai di gerbang Hastina munculAnoman, Gatutkaca, dan Abimanyu yang ingin merebut Semar. Seorang Kurawaberhasil merebut dan melarikan Semar. Anoman mengetahuinya. Tetapi belum sempatia mengejar Semar yang dilarikan Kurawa, mendadak muncul Semar yang serta mertaia ajak pulang ke Klampis Ireng.
Sementara itu para Kurawa terkejutmelihat cahaya di keputrian. Mereka menggandeng Semar kesana. Duryudana memerintahkan kepada Semar untuk menangkap Semar yang sudah adadi situ. Kedua Semar itu berkelahi. Diam-diam kemudian Arjuna mencari Semaryang sebenarnya. Ia langsung ke Klampis Ireng, ternyata Semar sudah ada disana. Semar diminta ke Hastina untuk mencari siapa yang asli. Sesampainya diHastina ketiga Semar itu malah bertengkar bersama. Tak ada yang menang dankalah, karena mereka semua berimbang. Mereka bergumul sampai akhirnya menjaditelur.
           Sang Hyang Ismayajati, roh Semar asli menangis karena raganya telah berubahmenjadi sebutir telur yang terus bergulung dan berteriak-teriak serta tak lagimengenali roh Semar yang sejati. Jadilah gara-gara.  Sang HyangTunggal menyuruh Semar turun ke dunia lagi untuk mencari raganya.  Semarharus mencari dan berdiam bersama tanah. Semar pun turun di Bukit Bunga. Disanalah Semar bertemu dengan para petani. Kegirangan Semar menemukan raganya ditanah, membuat tanah itu subur dan kemudian di anggap oleh para petani sebagaiDewa Kesuburan. Bukit Bunga itu adalah Klampis Ireng, yang setelah kedatanganSemar menjadi pedukuhan yang subur dan gemah ripah lohjinawi.
           Klampis Ireng yang subur terdengar ke mana-mana, sampai akhirnya tersebar olehpenguasa nagari. Keadaan ini membuat hidup petani di Klampis Ireng berubah.Penguasa nagari mengharuskan mereka membayar pajak, yang katanya untuk membayarutang penguasa nagari kepada penguasa nagari lain. Kehidupan petani KlampisIreng pun makin berat karena makin banyak bentuk pajak yang harus dibayarkan.Masyarakat Klampis Ireng pun menjadi berubah, ketika mereka harus berhadapandengan kemiskinan dan keserakahan penguasa nagari. Sosok Semar pun berubahmenjadi sosok yang samar-samar.
           Klampis Ireng berubah menjadi Semar Mendem dan Semar Mesem, tanda penderitaan,kemiskinan, dan ketidakadilan. Orang-orang Klampis Ireng pun tidak lagi mencariSemar, dan hanya membuat Semar-Semaran dari bentuk wayang dan patung lalumengitabkan ceritanya. Semar dimiliki agar kekuasaan aman. Mereka menjadikanSemar sebagai jimat bertuah. Sejak di bawah kekuasaan nagari, Semar punmenghilang dari Klampis Ireng.  Semar bersembunyi. Semar pun marah.
           Kemarahan Semar membuat Syang Hyang Tunggal turun ke bumi. Sang Hyang Tunggalmenganggap Semar sedang menggugat penderitaannya. Syang Hyang Tunggal kemudianmengingatkan Semar, bahwa Semar adalah tanah dan kesuburan, karenanya sudahseharusnya Semar tahan menderita. Semar protes karena dia tidak bisaterus-menerus menderita. Namun Sang Hyang Tunggal berucap bahwa Semar adalahsamar, hanya penderitaan yang menyebabkan dirinya samar. Begitu digugatpenderitaannya hilanglah kesamarannya.
           Akhirnya Sang Hyang Tunggal meminta Semar untuk terus mencari raga. Dan Semarselama ini memang terus mencarinya. Dari raga ke raga ia berjalan dan hidup.Semar sadar bahwa dirinya harus ditemukan di luar roh dan batinnya, yaitu dalam raga. Roh itu jatuh dalam kesombongan. Raga tak pernah bermimpi terbangtinggi di kesombongan. Hanya dengan ragalah Semar bisa menjadi manusia.Meskipun Semar jelek dan lemah, ragalah yang dapat memberikan kebahagiaan bagidiri Semar.
           Dalam epilognya, Semar-semar itu terus berkelahi untuk membuktikan siapakahSemar sejati. Perkelahian makin riuh, dan tak ada yang mampu memisahkan. Tetapikemudian muncullah Sang Hyang Ismayajati yang berwajah Semar tetapi badannya lebih besar. Sang HyangIsmayajati ini yang memisahkan Semar-semar.  Semar yang menggoda Arjuna keBanowati adalah Dasamuka. Semar yang ditemukan Kurawa dan akan dijadikan jimatbertuah di Hastina adalah Batara Guru. Semar yang ditemukan Anoman di KlampisIreng adalah Batara Kala. Di akhir cerita Sang Hyang Ismayajati menyuruhSemar-semar itu pulang ke alamnya, dan tidak mengganggu dunia dengan kejahatan.
TOKOH DAN LATAR
           Latar yang berkaitan dengan latar tempat dalam novel ini adalah latar yangdalam cerita wayang adalah latar imajinatif yang pada keadaan sesungguhnya ditanah Jawa itu tidak ada. Klampis Ireng, Puspitaarga, Hastina, maupun Amarta.Tempat-tempat itu adalah imajinasi yang digunakan dalam membangun  ceritawayang. Seperti Klampis Ireng adalah sebuah metafor yang menunjukan kekayaanalam dan kesuburan tanah. Puspitaargga itu tempat para dewa bersemayang. Jadilatar tempat dalam cerita pewayangan maupun novel tidak sungguh ada dengankenyataannya, namun itu adalah imajinasi yang menunjukan mitologi itu terjadi.
           Ketika membaca novel Semar Mencari Raga dapat dengan mudah kita temukantokoh Semar dalam setiap bagian cerita. Semar menjadi tokoh utama yang mengaturplot itu berjalan. Semar memiliki watak yang dalam novel tersebut dipaparkandalam imajinasi Bocah Angon, yang merupakan bocah yang kesurupan karenaSemar.
Semar punika saking basa samar,
mapan pranyata Kiai Lurah Semar,
punika wujudira samar,
yen den wastanana jaluwandanira,
kadi wanita
Yen sinebutira estri,
dhedhapurira teka pria,
pramila kathah kang samya kelntumastani.
Yen ta wonten ingkang hatanya,
menggahing sipatira,
irung sunthi mrakateni,
mripat rembes mrakateni
sadaya sarwa mrakateni.
Semar asalnya dari samar,
memang wujud Kiai Semar itu samar.
Disebut lelaki,
bentuknya putri,
Dikatakan wanita,
rupanya pria,
sampai banyak orang salahmengertinya.
Jika ada yang tanya
tentang anggota badanya,
hidungnya kecil menarik hati,
matanya rembes menarik hati,
semuanya serba menarik hati.
  
           Dalam teks itu dapat dilihat bahwa tokoh Semar merupakan tokoh yang samar namundisenangi. Bocah Angon itu mengalami kesurupan mengenai Semar. Dalammelihat karakter tokoh Semar ini bolah kita membandingkan tokoh Semar dalampewayangan yang juga memiliki kepribadian.
“Ya, seperti Semar, mereka hanyabisa berperang seperti wanita, ngruwel, ngruwek, ngusek, dan ngeruwes”,seru Citraksa kegirangan. (hlm. 4)
           Semar adalah tokoh yang berasal dari kelas punakawan. Semar adalah seorang yangpaling mulia dari para punakawan, yang merupakan tokoh paling dicintai. Hal inidikarenakan Semar meskipun hanya seorang hamba yang hina dan lucu, adalah dewayang paling berkuasa.[4]  Sindhunata memasukan sebuah dialog yang menunjukankarakter tersebut.
“Ismaya, mengapa kau bersedih hati,sampai malam kehilangan bulan, dan alam jadi tanpa keindahan?”, tanya SangHyang Tunggal.
“Dewa, aku bersedih, karena aku takmengenal lagi diriku?” kata Semar.
“Kini kau adalah roh, Semar?”
“Betapa pun indahnya roh itu, apagunanya roh itu berada, jika ia tidak mengenal dan mengingat dirinya lagi”.
“Roh itu dapat mengenal danmengingat dirinya, jika ia hendak mempunyai raga, Semar”.
“Ragaku telah hilang dihuni roh-rohlain”.
“Maka turunlah ke dunia lagi,carilah raga yang baru”, perintah Sang Hyang Tunggal.
“Terima kasih, ya Dewa, aku akanmencari raga bagi rohku”. (hlm. 10)
           Dialog antara Semar dan Sang Hyang Tunggal ini memberitahu kita bahwa meskipunSemar yang ketika kehilangan raganya, Semar mematuhi perintah Sang HyangTunggal untuk berreinkarnasi.Inkarnasi juga merupakan kepercayaan dalam agama hindu.  Kisah pewayanganmemiliki banyak pengaruh hindu tempat kisah epic wayang itu berasal.
           Tokoh lain dalam Semar Mencari Raga, terdapat tokoh Bocah Angon. Olehpetani Klampis Ireng, Bocah Ireng ini dianggap pernah menjumpai sosok Semardalam kesurupannya.  Bocah Angon ini kesurupan Semar, dan ketika sesudahkesurupan Bocah Angon itu dalam dialognya berbicara:
“Bersama Kyai Semar, aku telahmasuk ke dalam dunia di bawah tanah. Dunia yang gelap namun penuh dengankehidupan. Di sanalah aku melihat akar-akar padi, jagung, dan ketela. Akar-akaritu ternyata bukan akar yang kulihat jika akar-akar itu kutarik dari tanah.Akar itu adalah jiwa yang hidup.Tak dapatlah aku melukiskannya.. Akar ituadalah dian, dan tanah sekitarnya adakah malam. Akar itu bernafas, sejuknafasnya terasa di antara tanah-tanah”, kata Bocah Angon itu. (hlm. 17)
           Selain itu ada pula tokoh petani. Dalam novel ini, petani digambarkan tokohlatar petani memiliki sifat yang pasrah. Saat Semar datang ke Klampis Ireng,tempat petani itu tinggal, petani itu kegirangan menyambut Semar karena Semar menyuburkan tanah Klampis Ireng.Petani itu pun menaruh sikap hormat kepada Semar.
   “Semar, kaulah Dewakesuburan kami!”
   “Ragamu adalah ragakami!”
   “Adalah tanah, yaSemar, ragamu, seperti raga kami!
   “Hidupkanlah ragatanah ini dengan nyawamu!”
   “Suburkanlah tanahyang kering dengan susu kesegaran buah dadamu”.(hal 15)
           Ketika penguasa nagari mulai merampas kekayaan Klampis Ireng, petani di KlampisIreng memberontak.
Sadumuk bathuk, sanyari bumi!”.seru petani tua dan petani lainnya.
“Kiai Semar, Kiai Semar, sadumukbathuk sanyari bumi!”. kata anak-anak petani.
“Kita akan memberontak melawannagari”, teriak para petani. (hlm. 27)
           
           Bagi orang jawa alam adalah wilayah yang dibabad untuk memperoleh tanah yangmemberi berkat bagi manusia. Hutan yang belum dibuka adalah tempatroh-roh  dan binatang buas dan bukan menjadi tempat manusia. Petani Jawaadalah orang yang memiliki rasa yang membawa maksudnya dalam dirinya sendiri.Rasa adalah kepuasan tenang, ketentraman batin, dan ketiadaan keteganganmencaai kebahagiaan. Itu adalah keadaan saat Klampis Ireng belum dijamahnagari. Namun, ketika mereka terjamah nagari mereka memberontak, keluar danmembela diri untuk mendapatkan harmonisasi hidup mereka.
ANALISIS BUDAYA
           Cerita tentang Semar sangat kental hubunannya  dengan cerita pewayangan.Budaya pewayangan adalah bentuk dari kesenian tradisional yang mengakat padamasyarakat Indonesia, terutama Jawa dan kini telah menjadi mitologi. Hal itutampak dari usia cerita pewayangan yang telah ribuan tahun. Nilai -nilaifilosofis yang terkandung dalamnya nilai-nilai luhur yang mampu melewatiberbagai zaman.
           Jika mengingat keberadaan Semar, maka kita ingat dalam pewayangan ada limapenggabungan punakawan, empat punakawan dan Arjuna lelananging jagad.Semar di antara mereka adalah guru, sesepuh, dan pemimpin. Dalam hubungannyadengan Arjuna, Semar juga pelayan. Maka dari itu, dalam cerita diceritakanbahwa Arjuna memiliki kedekatan dengan Semar, baik personal maupun bagi sesamapandawa.
           Arjuna dan Semar bersama-sama melambangkan satuan yang berupa manusia. Arjunasebagai pribadinya dan Semar sebagai pikiran dan kesadarannya. Tidak dapatberpisahnya Arjuna dengan Semar dan punakawan lainnya melambangkan konsep orangJawa manunggaling kawula Gusti. Konsep kesatuan Tuhan dengan manusianyakemudian tertuang dalam sebuah konsep padukuhan yang menyatakan bahwa KlampisIreng kelak akan menjadi subur.
“Semarlah yang akan menjadikantanah kita sebuah Pedukuhan. Jika Pedukuhan kita nanti jadi, biarlah ia bernamaPedukuhan Klampis Ireng, nama yang akan selalu mengingatkan kita akan PadukuhanSemar yang sesungguhnya, seperti diceritakan oleh bocah angin yang kesurupanSemar kepada kita”, kata petani tua. Sungguh terjadilah Pedukuhan Klampis Irengyang lohjinawi. (hlm. 21)
           Dalam kebudayaan Jawa, orang percaya bahwa Semar adalah keturunan dari satudewa dalam mitos yang paling berkuasa. Dan dalam kebudayaan Jawa pula berbagaimasalah dipandang sebagai akibat dari kekacauan dunia meskipun dengan skalakecil. Pemecahan soal ini adalah usaha mengatasi kekacauan dan mewujudkannyadalam situasi yang stabil, tentram dan aman.[5] Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat ritual seperti slametan.Tujuannya slametan untuk melindungi mereka yang diberi upacara tersbutdapat tercapai. Dalam novel, Sindhunata memasukkan unsur ritual dalam novelnyajuga.
Para petani Klampis Irengmemutuskan untuk memberontak melawan penguasaan nagari, pada hari Jumat Kliwon. Malam Jumat Kliwon terasa lamabagi mereka. Seakan tak sabar lagi menunggu. Mereka menyiapkan pemberontakanbagaikan menyiapkan suatu pesta. Para wanita menyiapkan selamatan. (hlm. 27)
           Sindhunata menyajikan sebuah konflik yang menarik antara masyarakat petanidengan penguasa nagari yang perlahan pada saat itu menguasai Klampis Ireng. Disinilah Sindhunata memainkan peran penting dalam karya sastra sebagai refleksipengalaman yang dialami Indonesia selama pemerintahan Orde Baru. Klampis Irengyang semula subur dan gemah ripah loh jinawi, dirusak oleh penguasanagari.
Kabar kesuburan, kemakmuran, dankesejahteraan Pedukuhan Klampis Ireng telah lama sampai di telinga parapenguasa nagari. Penguasa nagari mengharuskan penduduk Klampis Ireng memberikanapa saja kepada mereka. Nagari juga mengharuskan mereka membayar rupa-rupapajak. Makin lama makin banyak pajak jenisnya. Makin lama makin beratlahpajak-pajak itu bagi hidup mereka. (hlm. 24)
“Ya, sekarang semuanya dipajaki!”,teriak para petani.
“Kita hidup dan bekerja seakanhanya untuk pajak.” (hlm. 25)
           Perlakuan penguasa nagari mengubah kehidupan masyarakat Klampis Ireng. Denganmudah kita melihat bahwa gambaran dalam novel memiliki kesamaan dengan realitaspada zaman akhir Orde Baru. Misalnya nasib anak-anak yang kekurangan lahanbermain, orang-orang makin miskin dan kena gusur, orang-orang mendapatkankereta yang tidak layak.
Di Klampis Ireng ada tempat luasuntuk bermain anak-anak kaya, namun banyak pula tanah-tanah orang miskin yang digusur sehinggaanak-anak mereka tiada lagi memiliki tempat bermain. Di Klampis Irengorang-orang kaya mempunyai jalan dan kereta-kereta mewah, namun lebih banyakorang yang kehilangan jalan dan harus berjejal-jejal di kereta murahan. KlampisIreng yang dulu terkenal damai, sejahtera, subur dan makmur, panjangapunjung pasir awakir lohjinawi, gemah aripah, tata raharja, kini tinggalkenangan belaka. Kenyataannya, hidup manusia di Klampis Ireng adalah berat,penuh beban dan penderitaan. (hlm. 33)
           Pada akhir cerita Semar mengalami kemarahan karena setelah masuknya penguasanagari di Klampis Ireng, dirinya benar-benar menjadi Samar. Dalam tradisi Jawa,Semar, meski berwajah buruk rupa, suka buang angin dan abu, dianggap lebih bijaksanadari para kesatria. Namun, dalam cerita yang dipaparkan Sindhunata ini, Semarpun sempat mengalami rasa amarah dan putus asa ketika Klampis Ireng tidak lagidapat merasakan kehadirannya. Dirinya semakin samar.
   “Dewa, bagaimana akubisa terus menerus bertahan dalam penderitaan? Lihatlah, bukan hanya  aku,tapi berjuta-juta orang menderita bersama aku?, kata Semar bersujud. (hlm. 49)
           Namun, cerita berakhir ketika Dewa mengingatkan bahwa Semar itu adalah memangsamar. Nilai filosofis ini kemudian diungkapkan Sindhunata melalui pernyataan, Dalamdongeng Semar itu hitam atau putih. Dalam kenyataannya Semar itu merah.  Refleksikenyataan yang dilakukan Sindhunata mengemukakan bahwa Semar pun dapat sajaberubah amarah.
“Semar, kau adalah samar. Hanyapenderitaanlah yang dapat membuat dirimu samar. Begitu kau gugat penderitaanmu,hilanglah kesamaranmu. Penderitaan tak pernah memberimu kepastian dankejelasan. Namun penderitaan itu memberimu harapan. Kau berani hidup, walausemuanya tidak jelas. Bukanlah kehidupan lagi Semar, jika kau menjauhi samar.”kata Sang Hyang Tunggal.
           Sindhunata menyajikan aspek manusiawi dalam diri Semar yang tidak pula tahanjika harus menderita. Sindhunata pun menceritakan bahwa Semar tidak dapatmenahan keharuannya. Sang Hyang Tunggal memintanya  untuk mencari raga,dan itulah yang dilakukan Semar terus menerus. Dan di akhir cerita Sindhunatamenampilkan kembali filosofi mengenai raga.
     Roh ituhanya ingin akan keluhuran dan kemuliaan. Roh itu mudah terjerumus dalam jurangkesombongan. Sementara, Semar mengalami, raga itu tak bisa dipisahkan darikerendahan, kemiskinan, dan penderitaan. Karena itu, kendati jelek dan lemah,ragalah yang dapat memberikan kebahagiaan baginya. (hlm. 56)
           Menurut Budi Darma dalam buku Nurgiyantoro, munculnya bentuk transformasiwayang menjadi karya fiksi beru muncul awal 70-an. Hal ini menunjukan betapalekatnya budaya pewayangan pada masyarakat Jawa sehingga berpengaruh  danmenjadi sumber rujukan dan penulisan karya sastra.
           Sindhunata telah banyak melakukan transformasi itu melalui buku-bukunya,seperti Anak Bajang Menggiring Angin, Tak Enteni Keplokmu. Bahkan, SemarMencari Raga diinspirasi dari berbagai lukisan mengenai Semar. Tidak hanyatransformasi wayang, Sindhunata melakukan transformasi dari bentuk lukisan yangvisual menjadi sebuah bentuk tulisan yang indah.
           Dari cerita tersbut, kita dapat menanti kehadiran semar dalam kehidupan nyata.Semar boleh sering ditunggu mengingat kondisi negara saat ini yang semakinkacau, kesengsaran dan penindasan oleh kaum kuat terhadap yang lemah semakinmerajalela, moral dan etika tidak lagi diindahkan, para pemimpin yang hanyamemikirkan kekayaan pribadi tanpa peduli dengan keadaan rakyatnya yang semakintertindas dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Mungkin Semar akandatang, atau mungkin tetap samar.
KESIMPULAN
           Novel Semar Mencari Raga karya Sindhunata merupakan sebuah novel yangdidasari mitologi kebudayaan Jawa yang tertuang dalam cerita-cerita pewayangan.Sebagai sebuah karya sastra, Semar Mencari Raga berbicara tentangmasalah manusia dan kemanusiaan dan refleksi kehidupan bangsa Indonesia.Sindhunata, yang terinspirasi dari lukisan Semar, menggunakan konsep pewayangandalam mengembangkan tema, tokoh, latar, sudut pandang, amanat dan alurceritanya.
           Semar Mencari Raga merupakan sebuah refleksi dari Gemah RipahLohjinawi negeri ini yang diambil oleh kekuasaan pemerintah Orde Baru, yangmenelantarkan masyarakat penghuni negara. Semar Mencari Raga mengajakkita untuk tidak terjebak dalam kesombongan dan menjadi orang yangmembahagiakan. Filosofi melalui Sang Hyang Tunggal kepada Semar adalahpelajaran yang sangat berharga, Roh itu hanya ingin akan keluhuran dankemuliaan. Roh itu mudah terjerumus dalam jurang kesombongan. Sementara, Semarmengalami, raga itu tak bisa dipisahkan dari kerendahan, kemiskinan, danpenderitaan. Karena itu, kendati jelek dan lemah, ragalah yang dapat memberikankebahagiaan baginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar