Kamis, 08 Januari 2015

Kabudayaan


Tradisi Ruwat Bumi dan Khaul Mbah Kendagasari

di Desa Sumbaga, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal

A.    Identitas Kewilayahan
1.  Letak Geografis
Desa Sumbaga merupakan wilayah yang berada di kecamatan Bumijawa, terletak dibagian selatan kabupaten Tegal. Desa Sumbaga berada dilereng Gunung Slamet, jaraknya sekitar 12,5 KM. Desa Sumbaga memiliki ketinggian ± 800 meter dpl, sehingga udara dikawasan ini relatif dingin. Desa Sumbaga berbatasan dengan desa lain, diantaranya:
-  Sebelah barat: Desa Carul dan Desa Traju
-  Sebelah Utara: Desa Sokasari dan Desa Sokatengah
-  Sebelah Timur: Desa Bumijawa
-  Sebelah Selatan: Desa Bumijawa

2. Posisi Topografi
Desa Sumbaga merupakan wilayah pegunungan yang kondisi jalannya naik-turun.  Karena banyak jalan yang melintasi perbukitan. Terdapat sungai besar yang melintasi ini, yaitu Sungai Biombong. Jika musim hujan, sungai ini akan meluap membanjiri sawah. Di Desa Sumbaga banyak terdapat mata air (tuk) yang airnya digunakan untuk keperluan warga Desa Sumbaga, seperti mandi, mencuci dan mengairi sawah.

3. Keadaan Demografi
Mata pencaharian masyarakat Desa Sumbaga sebagian besar adalah petani yang mengolah sawah milik orang lain. Selain itu, banyak pemuda yang merantau untuk berdagang. Di Desa Sumbaga juga terdapat industri rumahan seperti pembuatan tempe, pembuatan batako, pandai besi (pembuatan alat-alat pertanian) dan lain-lain. Ada pula yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang jumlahnya sedikit. 

B.  Alur jalannya Tradisi Ruwat Bumi dan Khaul Mbah Kendagasari di Desa Sumbaga
1. Asal-usul Tradisi
      Ruwat artinya rawat, yaitu bentuk tradisi untuk merawat bumi, karena hubungan manusia bukan hanya dengan Tuhan dan sesama manusia, tetapi juga dengan bumi atau alam. Tradisi ruwat bumi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diperoleh.
      Tradisi ini dilaksanakan pada malam Jum’at Kliwon di bulan sura. Selain untuk meruwat desa, tradisi ini juga bermaksud untuk mengenang jasa Mbah Kendagasari yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di Desa Sumbaga. Pada saat itu Desa Sumbaga sedang dilanda bencana tanah longsor dan paceklik, ditandai dengan gagal panen. Mbah Kendagasari selaku sesepuh desa mengajak masyarakat Desa Sumbaga untuk berdoa kepada Allah SWT, dengan menyembelih kambing kemudian mengubur kepala kambing di perempatan Desa sumbaga dan menyajikan hasil bumi seperti sayur mayur dan pala pendem. Pada saat itu kondisi masyarakat Desa Sumbaga mulai membaik. Untuk menjaga Desa Sumbaga agar terhindar dari bencana, Mbah Kendagasari berpesan agar ritual ini setiap tahun di bulan sura diadakan ruwat bumi.

2. Prosesi Jalannya Tradisi
    Tradisi Ruwat Bumi dilaksanakan pada siang hari (kamis wage) dengan melakukan ritual pemotongan kambing yang kemudian kepala kambing tersebut dikubur di perempatan Desa Sumbaga tepatnya di dukuh Gegunung. Di dekat peremapatan ini terdapat sebuah candi dan makam Mbah Kendagasari. 
         
Dengan membawa sesaji berupa kemabng telon, kembang boreh, juadah pasar, minuman kopi dan teh, pisang tujuh rupa, pala pendem dan hasil bumi seperti sayur mayur dan buah-buahan, para warga berjalan menuju perempatan. Setelah sampai di perempatan, tokoh masyarakat beserta warga membacakan do’a yang dipimpin salah seorang kiyai sebelum penyembelihan kambing. Do’a ini diharapkan agar semua warga Desa Sumbaga mendapat perlindungan dan keselamatan oleh Allah SWT. Selesai berdo’a, kambing disembelih dan kepalanya dikubur ditengah perempatan. Bagian tubuh yang lain dipotong-potong untuk kemudian dimasak dan disajikan pada malam hari.
Malam harinya, yaitu malam Jum’at kliwon semua warga Desa sumbaga berkumpul di perempatan tepatnya ba’da Isya. Mereka membawa ayam bekakak dan nasi tumpeng kuning beserta lauknya, daging kambing yang sudah dimasak, urap dan telor. Setelah semua warga berkumpul, acara dimulai dengan tasyakuran tahlilan yang dikhususkan untuk Mbah Kendagasari dengan dipimpin oleh salah seorang kiyai. Dilanjutkan dengan manaqib dan diakhiri dengan do’a selamat sampai pukul 10 malam. Warga berharap agar dilimpahi berkah, rahmat dan keselamatan oleh Allah SWT. Setelah itu dilanjutkan dengan makan tumpeng bersama yang sudah dibawa.

3. Pelaku Tradisi Ruwat Bumi
Tradisi Ruwat Bumi dilaksanakan atas instruksi oleh kepala desa, yang kemudian diadakan perkumpulan warga Desa Sumbaga di setiap RT.  Kemudian disampaikan kepada seluruh masyarakat Desa Sumbaga. Ada juga pemuka agama Desa Sumbaga yang ikut serta dalam tradisi ini. Merekalah yang akan memimpin do’a saat pemotongan kambing, tahlil dan manaqib pada malam jum’at kliwon.

4. Uba Rampe Tradisi Ruwat Bumi
a. Kopi pahit dan manis, serta teh pahit dan manis
Merupakan simbol kerukunan dan persaudaraan karena minuman ini biasanya disajikan pada  saat pertemuan, acara sosial atau perkumpulan. 
b. Kembang telon (mawar, melati dan kenanga)
Maknanya diharapkan setiap warga mampu menjaga keharuman tindakan, bagaikan kembang telon yang baunya selalu harum. Serta diharapkan masyarakat Desa Sumbaga namanya dapat harum sepanjang waktu dan terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.
c.  Kembang boreh (kanthil, melati dan mawar putih)
Maknanya agar segala sesuatu selalu dalam tindak tanduk, perilaku suci murni. Karena putih disini melambangkan kesucian dan ketulusan hati.
d. Juadah pasar atau jajanan pasar (bongko, kipas sagu, serabi, klepon, bikang, kue pasung, dan kembang goyang).
Maknanya bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup dari lingkungan kita saja, tetapi memerlukan interaksi dengan pihak dari luar lingkungan mereka dari hasil pertanian sehingga akan terjaga keselarasan dan keseimbangan hidup dalam lingkungannya.
e. Pisang tujuh rupa (pisang ambon, pisang raja, pisang emas, pisang semut, pisang ampyang, pisang greas dan pisang kluthuk).
Maknanya yaitu tujuh macam berarti jumlah hari dalam hitungan satu minggu dan buahnya harus tumbuh di atas permukaan tanah bermakna rezeki yang melimpah.
·f. Pala pendem (ubi jalar, ubi kayu, talas, ganyong, angkrik, bengkoang, gembili, bentul dan sluweg).
Mempunyai makna andhap asor, diharapkan agar setiap orang tidak mempunyai watak sombong.
g. Tumpeng
Melambangkan kesempurnaan. Bentuk nasi tumpeng ini mengandung harapan agar kehidupan masyarakat Desa Sumbaga semakin naik dan beroleh kesejahteraan yang tinggi.
h. Urap
Melambangkan kesejahteraan hubungan manusia dengan alam.
·i. Ayam bekakak
Melambangkan cinta kasih dan pengorbanan selama kita hidup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar