KISAH BATURRADEN
Baturraden sudah dikenal sebagi tempat pariwiata dan tempat peristirahatan
sejah tahun 1928. Pada waktu iatu banyak pejabat dn staf Pabrik Gula dari
Puworejo, Kalibagor, Sumpiuh Purbalingga dan Klampok membangun rumah
peristirahatan di kawasan Baturraden. Berdirinya komlek perumahan pribadi para
Tuan Besar tersebu mendorong perkembangan Baturraden sebagai daerah wisata
sekaligus tempat peristirahatan yang nyaman.
Satu peningalan yang masih utuh sampai sekarang adalah kompleks Induk Taman
Ternak Baturraden (Sekarang dikenal BPTHMT) yang didirikan oleh warga Belanda,
Tuan J.C Balgoy. Perkembangan sanjutnyalokasi tersebut kini bernama Balai
Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak, terutama ternak sapi unggul milik
Dirjen Peternakan, Departemen Pertanian.
Baturrraden sejak semula memang memiliki daya tarik. Walaupun pada masa
revolusi baturaden telah di bumi hanguskan, tetapi kenangan sebagai tempat
rekreasi tetap melekat di benak masyarakat Banyumas. Pada aat liburan sekolah,
banyak anak-anak atang ke abaturaden untuk melihat Taman Ternak Baturraden yang
sekitar tahun 1950 koleksinya masih lengkap dengan ternak sapi, domba gibas,
ayam ras, babi dan sapi perah.
Karena daya tarik Baturraden yang menawan dan cocok untuk rekreasi, maka pada
pahun 1952 timbul pemikiran dari Pemda Kabupaten Banyumas untuk menhidupkan
Baturraden sebagai tempat brekreasi dan tempat peristirahatan. Perkembangan
selanjutnya baru terwujud pada tahun 1967, diprakaarsai oleh Bupati Banyumas pada
saat itu, Almarhum Soekarno Agung.
Pemda Kabupaten Banyumas pada saat itu mengumpulkan okoh-tokoh masyarakat dari
berbagai bidang dan keahlian untuk ber rembug usaha menghidupkan daerah wisata
Baturraden.
1.
Gunung Slamet
Obyek wisata Baturraden yang merupakan tempat wisata pegunungan juga
dikelilingi oleh hutan tropis yang masih asli dan terpelihara dengan baik.
Lokasinga di lereng Gunung Slamet sebelah selatan. Gunung slamet tainginya
kurang lebih 3.428 M membuat suhu Baaturraden sejuk yaitu antara 18 – 25 drajat
celcius dengan curah hujan antara 5.000 mm – 8.000 mm.
Fsilitas yang tersedia saat ini meliputi tempat penginapan (hotel, villa, moel
dan losmen), lapangan tennis, kolam renang, permainan anak, restaurant, rumah
makan, tempat parkir, pemandian air hangat yang berkhasiat menyembuhkan
penyakit kulit.
Fasilitas pendukung lainnya adalah kios cindera mata/souvenir, penjalan tanaman
hias, angkutan wisata, biro perjalanan, tepepon umum/wartel, warnet, dan jalur
hiking mengelilingi hutan wisata. Sebelah timur lokawisata tersedia tempat
erkemahan Wana Wisata, yang dikelola oleh pihal Perhutani Banyumas.
Gunung Slamet merupakan gunung berapi yang masih aktif yang pada bulan April
(2009) kemarin sempat ber akrtivitas dengan status Siaga namun belum
membahayakan. Letaknya persis di tengah-tengah Pulai Jawa, oleh masuarakat Jawa
Tengah diberi julukan “Pakunya” Pulau Jawa. Gunung Slamet konon menyimpan
banyak misteri, hutannya masih perawan dan kaya akan erbagai jenis flora dan
fauna, serta merupakan sumber kehidupan dimana amengalirkan air untuk irigasi
sawah di banyumas dan sekitarnya.-, sehingga dijadikan salah satu lambang
Daerah Kabupaten Banyumas. Jika dikaitkan dengan tembang kroncong :Ditepinya
sungai Serayu”, maka gunung Samet berkaitan erat dengan kemakmuran masyarakat
Banyumas.
Para pencinta alam dan pendaki gunung tidak akan melewatkan untuk mendaki
gunung Slamet sampai pada puncaknya. Karena dari puncak gunung inilah dapaat
disaksikan hamaparan wilayah Banyumas sertra laut selatan/Samudra Indonesia.
2.
Kisah Baturraden
Ada beberapa versi asal mula
Baturraden. Namun akan di ambil kisah yang berkaitan dengan legenda Kadipaten
Kutaliman, yang dulu terletak kurang lebih 5 Km sebelah Barat Daya Baturraden.
Dikisahkan jaman dulu kala Adipati Kutaliman mempunyai empat orang putri. Salah
seorang putrinya ternyata jatuh cinta kepada seorang Gamel (pembantu)
yang bertugas mengurusi kudanya Sang Adipati. Mendengar berita cinta gelap yang
tidak setara tersebut, murkalah Sang Adipati sehingga keduanya diusir dari
Kadipaten tersebut. Mereka ahirnya mengembara.
Dalam pengmbaraan, Sang Putri melahirkan seorang bayi putra
di tepi sebuah sungai, yang dikemudian sungai tersebut dinamakan “Kaliputra”,
terletak 3 Km sebelah utara Desa Kutaliman. Dalam pengembnaraan selanjutnya
mereka menemukan suatu tempat yang indah mempesona dan udaranya sejuk di lereng
Gunung Slamet. Mereka menetap di kawasan tersebut dan mendiriklan sebuah
padepokan yang diberi nama Batur Raden, dari perpaduan antara Batur (abdi yaitu
Gamel) dan Raden (Sang Putri yang berdarah Bangsawan putrinya Adipati).
Kemudian banyak yang menyebut “Baturaden” ataupun “baturraden” dengan dua huruf
“r”.
Ada versi lain yang menarik sekitar nama baturraden yaitu kisah perjalanan Syeh
Maulana Maghribi di kota Gresik (Jawa Timur). Pada suatu ketika Syeh maulana
Maghribi melihat cahaya terang disebelah barat. Kemudian beliau mengembara
untuk mencari cahaya yersebut sambil menyebar agama Islam, ditemani sahabat
karibnya yang bernama Haji Datuk. Dalam pengembaraannya, Syeh Maulana Maghribi
berganti nama menjadi Mbah Atas Angin.
Yang memancarkan cahaya tadi ternyata seorang pertapa yang kemudian memeluk
agama Islam dan menjadi pengikut Syeh Maulana Maghribi, dan diberi nama Syeh
Djambukarang. Nama tersebut di ambil karena dalam bertapa ia bersandaran pohon
jambu dan dikelilingi batu-batu karang. Dalam perjalanan waktu, Mbah Atas Angin
kemudian menjadi menantu Syeh Jambukarang.
Pada suatu waktu konon Syeh Maulana Maghribi menderita
penyakit gatal-gatal atau buduk yang tidak kunjung sembuh. Atas petunjuk wisik
ia akan sembuh jika berendam di air panas yang mengalir dari Pancuran Pitu di
Gunung Gora. Belakangan diketahui bahwa air panas tersebut bisa menyembuhkan
karena mengandung belerang, zat penyembuh penyakit gatal.
Karena merasa bersyukur sembuh dari penyekit gatal itulah
maka Gunung Gora alalu diganti nama menjadi Gunung Slamet. Samapaia sekarang
pancuran pitu banyak dikunjungi orang untuk kepentingan berobat dari penyakit
gatal.
Selama Syeh Maulana Maghribi melaksanakan pengobatan di
pancuran pitu, Sahabat setianya, Haji Datuk dengan setia menunggu. Tempat itu
lalu diberi nama “Rusuludi” yang berarti batur yang Adi, kemudian banyak yang
menyebut Baturaden. Sampai sekarang tempat tersebut masih dikeramatkan dan
banyak di zirahi orang khususnya pada malan Selasa dan Jumat Kliwon. Yang lebih
unik lagi, banyak pasangan pengantin dari daerah utara (Bumiayu, Tegal dan
sekitarnya), denganm masih mengenakan busana pengantin lengkap mengadakan kirab
pesiar ke Baturraden.
Nama Baturraden lebih mencuat pada tahunn 1990, karena
dijadikan ajang penyelenggaraan Pekan Pariwisata Jawa Tengah (PPJT) III/Tahun
1990. PPJT merupakan ajang untuk mepromosikan kepsariwisataan daerah Jawa
Tengah dalam rangka menggali potensi emas merahguna mendukung pembangunan
nasional umumnya dan pembangunan daerah Jawa Tengah Khususnya.
Bagi Kabupaten Banyumas, PPJT merupakan momen yang sangat
baik dalam rangka memperkenalkan obyek wisata Banyumas, khususnya Baturraden
agar lebih dikenal lagi. PPJT juga dijadikan titik awal pembangunan kawasan
Baturraden dalam rangka menuju kawasan wisata yang menyenangkan dan berwawasan
lingkungan dengan tetap mempertahankan sebagai obyek wisata alam yang sangat
menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar